Desa Putatgede menuju desa satelit.. Mari membangun desa bersama

Senin, 20 Februari 2012

Ulat dan Cendawan Berulah, Petani Kelimpungan

Awal Berbuah terlihat sehat
Puluhan hektar hamparan hijau Tanaman Padi di Desa Putatgede merupakan sumber mata pencaharian mayoritas warga. Mereka sangat menggantungkan biaya hidupnya dari hasil pertanian mereka. Namun diawal Tahun 2012 ini yang bertepatan dengan Musim Penghujan, Tanaman padi mereka tak lagi menjadi primadona. Dikarenakan buah padi yang pada awal berbuah terlihat bagus dan berkualitas, namun disaat masa pengisian bulir padi mendadak menjadi busuk pada tangkai padi. Beberapa cara sudah dilakukan untuk mengurangi kecacatan padi mereka (penyemprotan Racun Pembasmi hamapun sudah diupayakan), namun hasilnya malah semakin membuat tangkai padi tersebut terserang lebih banyak.
Hama oleh Ulat / Sundep
Panen Rayapun tiba, penyakit pada tanaman padi tersebutpun tak bisa lagi di kendalikan. Menurut Bp. Jaswadi (PPL Pertanian Kecamatan Ngampel), busuknya tangkai padi tersebut disebabkan oleh Cendawan dan Ulat. Petani dibuat Kelimpungan / " Pusing Tujuh Keliling ", tak bisa menangani, sehingga masa panen mereka tak bisa diharapkan.
Hama inipun juga menyerang pada Lahan Laborat Lapangan program SLPTT Tahun 2011 seluas 1 Hektar.
(A) Padi Sehat,  (B) Padi Sakit oleh Cendawan
Menurut Petani (Bp. Jambari), Lahan Sawah 1 Hektar yang biasanya bisa mencapai 8-9 Ton sekarang hanya bisa mencapai 5 ton, bahkan ada yang kurang dari 5 ton dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya. Sehingga petani tak bisa dengan leluasa menjual hasil panen mereka. Jenis hama yang menyerang padi seperti tersebut baru kali ini terjadi, dan mayoritas menyerang Padi Jenis Situ Bagendit saja. Untuk jenis / varietas lain terserang namun tidak separah Situ Bagendit. Bahkan ada 1 petani menanam varietas Mentik Wangi tidak terserang satupun oleh cendawan tersebut. Keadaan ini tidak hanya dialami oleh Petani Desa Putatgede saja, namun juga dialami oleh Petani disekitar Desa Putatgede khususnya dan hampir umumnya se-wilayah Kabupaten Kendal dan sekitarnya.
Dengan terpaksa dan menyadari mereka menjual Padi mereke kepada tengkulak (Bakul) dengan harga jauh dibawah standar. Semua ini dikembalikan lagi kepada Sang Pencipta Alam, kini mereka memulai mengolah lahan mereka dengan menanam Kacang Hijau.