Desa Putatgede menuju desa satelit.. Mari membangun desa bersama

Selasa, 28 Juli 2015

SYAWALAN


Tradisi syawalan yang merupakan tradisi turun temurun yang diadakan tiap seminggu setelah idul fitri merupakan momen yang terindah bagi masyarakat Kendal khususnya kaliwungu, perhelatan yang begitu kental dengan nafas islam berbaur dengan budaya sebuah kenyataan kekayaan budaya yang patut untuk di banggakan ditengah gencarnya kampanye budaya asing yang terus-menerus mengusik budaya kita.
Seberapa jauh tradisi ini tercipta merupakan proses sebuah tonggak sejarah yang sangat panjang dan mungkin saja itu bisa menjadi sebuah manifesto yang terukir di denyut nadi kehidupan berbudaya. Sekilas kita memandang di areal tradisi syawalan terlihat pemandangan yang sangat hidup ditengah desakan pemukiman yang menghentak, terlihat wilayah jelas garis pantai yang mulai memudar terhias cerobong pabrik dan menara cor, entah kemana mangrove itu, geliat syawalan tetap hidup ditengah hiruk pikuk ambisi kapitalisme yang semakin kuat, pengunjung syawalan tetap khusyuk tahlilan, ndikir, sholawatan dari pagi hingga malam sampai pagi lagi, aura sakral masih sangat terasa, do’a pengunjung diareal pemakaman tokoh-tokoh Agama Islam tetap teguh dan penuh konsentrasi tak terpengaruh oleh promosi bakul obat yang lantang membahana, dan teriakan bakul lain yang memenuhi sepanjang jalan di areal pemukiman, dan bunyi yang sudah lazim ditelinga kita letusan mercon, seperti langit dan bumi disisi lain pengunjung penuh dengan niat do’a untuk ngalap berkah, disisi lain pengunjung enjoy dengan aneka hiburan mulai komedi putar, tong setan hingga dangdut, sangat hidup dua belah beda sisi yang saling menghormati.
Dari areal makam Sunan Katon sampai makam sesepuh yang lain pengunjung yang niat berziarah begitu padat berdesak bahkan saling mendahului untuk sampai tujuan, tak hanya mudik berziarahpun harus saling ngepot mendahului agar sampai tujuan, areal sekitar ini begitu ramai dengan peziarah.
Sekedar mencoba untuk berkeliling dan melihat sekitar, dan ada sebuah pertanyaan, disini begitu ramai peziarah, lalu disana ada makam tokoh juga kenapa sepi ?,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Disana juga ada tokoh Kendal kenapa sepi ?,,,,,,,,,,
Tak perlu diperdebatkan mungkin akan bijaksana jika syawalan ini bisa lebih hidup tanpa sebuah hukuman dogma yang membuat generasi semakin tak paham akan sejarah ini, sampaikanlah sejarah itu secara nyata tak perlu sebuah dogma yang tertanam dan pasti generasi yang akan datang bisa mencerna dan memahami dengan gaya dan pikiran mereka.
Pesta syawalan semakin hidup aneka warna bunyi dari tadarus hingga musik pop, rock sampai dangdut membahana menjadi satu, lalu lalang pengunjung, diselingi aneka hiasan penjual mainan anak-anak sampai bakul akik, pipa rokok, gelang hingga jual kaos plus sablon dan tentunya kafe anak muda dengan gaya anak gaul yang modis, sebuah peluang bisnis yang benar-benar merekan manfaatkan sebuah lompatan pemikiran yang hebat.
Masih menikmati suasana syawalan berkawan sebatang rokok yang kuhisap pelan, teringat tadi pagi dikampung, ya dikampung sekitar jam setengah tujuh pagi, kentongan mushola di RT-ku di tabuh, dan itu sebuah tanda untuk syukuran syawalan, berbekal lonthong dan opor seadanya warga se-RT kumpul di mushola untuk berdo’a bersama, syukuran syawalan yang ditutup dengan makan lonthong bersama, sungguh sangat terasa indah sangat indah tak ada perbedaan klas, bersama bersyukur dan menikmati masakan bersama, diselingi canda tawa dan guyonan yang begitu ikhlas dan jujur yang terlontar dari sanubari yang paling dalam, saling tukar lonthong, tukar opor, kerupuk gratis, Minuman teh anget gratis sungguh sangat nikmat berkah ini……NIKMAT TUHAN YANG MANAKAH YANG HENDAK KAU DUSTAKAN.
Ya Allah terima kasih berkah ini semoga syawalan ini menjadikan kita menuju Keimanan yang HakikI di dunia dan akhirat