Kamis, 22 September 2011
TPQ "Nurul Huda" Desa Putatgede
Pendaftaran santri TPQ telah dibuka jauh-jauh hari sebelumnya. Pada hari pertama masuk, pendaftar sudah mencapai puluhan santri. Menurt pengurus TPQ diperkirakan santri yang mendaftar sekitar 30 santri, namun pada kenyataannya sampai berita ini di turunkan, santri yang mendaftar telah mencapai 100 santri. Ini memang jauh dari perkiraan, ternyata warga sangat antusias sekali menyambut didirikannya pendidikan TPQ milik desa sendiri.
Pihak Pemerintah Desa memegang peranan sangat penting sekali akan hal ini, sebab semua pendaftar diberikan hak "Gratis", baik dari segi uang pendaftaran maupun seragam. Membludaknya santri pendaftar memang tak bisa dianulir oleh Pemerintah Desa maupun Pengurus TPQ. Karena mayoritas pendaftar adalah warga Desa Putatgede sendiri. Tak bisa dielakkan lagi semua ingin mendapatkan fasilitas gratis dari Pihak Desa.
Menurut Bpk. Supriyadi (Kepala Desa) : Selain pendaftar baru, banyak juga wali santri yang memindahkan putra-putrinya dari TPQ "Baiturrohim" Kelurahan Sukodono menuju ke TPQ "Nurul Huda" Desa Putatgede, dengan alasan selain ingin merasakan pendidikan yang diselenggarakan oleh desa sendiri juga karena alasan dekatnya dengan lokasi rumahnya.
Pada masa kepemimpinan Bpk Supriyadi ini, Pembangunan sarana fisik desa dan sarana pendidikan sangat-sangat diperhatikan sekali, inilah salah satu bukti.
Sabtu, 03 September 2011
Alat Rajang Tembakau Tradisional
Ngrajang |
Potret masa kini yang masih dilakukan oleh sebagian warga di Desa Putatgede ditengah-tengah maraknya Mesin Perajang Tembakau. Alat Tembakau Tradisional ini terdiri dari :
Nganjang |
Bendo |
- Cacak, adalah istilah Tempat / Dingklik (bangku) tempat untuk merajang tembakau.
- Bendo, adalah Pisau besar semacang Gobang yang terbuat dari bahan Baja (rata-rata menggunakan Loga Per).
- Ungkal, adalah alat untuk mengasah / mempertajam Bendo.
- Ember, adalah tempat air sebagai pelicin ungkal dan bendo sehingga bisa tajam
- Rigen, adalah tempat hasil rajang tembakau untuk pengeringan dibawah Terik Matahari
Bpk. Tohari (Warga RT.02 RW.04) menuturkan, Beliau masih exist menggunakan jasa rajang tembakau tangan (tradisional) dengan alasan bahwa selain bisa untuk menemani bekerja Nganjang (meratakan hasil rajang di tempat rigen) dimalam hari beliau bisa mengurangi pengeluaran biaya proses. Dibandingkan dengan mesin rajang modern, untuk 1 kwintal tembakau kering paling lama dirajang 1 jam, tetapi untuk proses di anjang dalam rigen beliau harus sendiri ditemani istrinya.
Langganan:
Postingan (Atom)