Desa Putatgede menuju desa satelit.. Mari membangun desa bersama

Jumat, 05 Agustus 2011

Lain ladang lain belalang, Lain pula ikannya

Ibarat pepatah "Lain ladang lain belalang" inilah fakta yang terjadi di area pertanian Desa Putatgede khusus wilayah Blok Wetan Gili. Sebagian petani dalam satu blok menanam Tembakau dan sebagian mayoritas menanam Padi. Kalau dilihat dari jenis dan perlakuan tanaman kedua jelas-jelas jauh berbeda.
Dilihat dari kacamata agama, petani tembakau berdoa agar Hujan tidak turun agar nantinya kualitas tembakau lebih baik (bhs jawa : Tembakau oleh cekel, gondo, kelir lan bobot), namun dilain pihak Petani Padi sangat mengharap sekali akan bantuan air hujan agar kualitas padi menjadi subur dan Gabah / Bulirnya nanti menjadi berbobot.
Akan tetapi sesuai dengan realita cuaca yang berlaku sampai saat ini, iklim sangat mendukung atau berpihak kepada tanaman tembakau. Sehingga sampai berita ini dimuat petani mulai meniti hasil dari tembakau tersebut. Untuk mengevaluasi harga tembakau yang berlaku saat ini, petani melakukan penjualan berupa daun tembakau "Samparan" yang laku dijual Rp. 110.000,- per kwintal untuk panenan pertama (1-2 daun), kemudian untuk panenan kedua laku sebesar Rp. 190.000,- per kwintal. Mereka berharap cuaca saait ini berlangsung hingga Panen Tembakau selesai.


Sedang bagi Petani yang menanam Padi sangat berusaha keras agar tanaman padinya berbuah bagus, walaupun air yang dibutuhkan untuk tanaman mereka tidak ditolong air hujan. Walaupun untuk tahap awal penanaman sudah dibantu oleh air hujan, mereka tidak kekurangan cara, agar padinya tetap memperoleh air, mereka menggunakan Pompa Air dengan "Menyedot air dari aliran sungai "Penut". Merekapun bergotong royong dengan iuran untuk membeli Solar dan membayar operasional pelaku yang menjalankan pompa air tersebut. Iuran yang mereka bayarkan sebesar Rp. 1.000.000,- untuk tiap hektar. Iuran tersebut tidak hanya berlaku bagi yang menanam padi, tapi juga berlaku bagi mereka yang menanam tembakau.

Karena aliran saluran air melewati area tanaman tembakau. Keberadaan ini juga sama-sama saling menguntungkan. Air yang melewati area tanaman tembakau oleh petani dimanfaatkan untuk menyiram tanam tembakau tersebut. Bagi petani tembakau sudah mengantisipasi agar tembakau mereka tidak kebanjiran / "Keblebeken" air dengan cara membuat saluran pembuangan menuju sungai yang ada di sebelah timur sawah mereka. 
Petani penanam Padipun sudah terbantu dengan Pompa Air, sehingga tanaman mereka masih bisa dapat air. Diperkirakan 20 hari lagi mereka bisa memanen padi. Bagi petani Padi sudah mendapatkan angin segar, karena harga Gabah kering basah (keluar dari sawah informasinya seharga Rp. 380.000,- perkwintal.
Memang secara ideal keadaan semacam ini kurang ideal dan saling merugikan. Namun didalam Kelompok Tani Margi Utomo Desa Putatgede ini sungguh nyata. Walaupun lain ladang lain belalang, mereka bisa saling aku dan saling untuk tidak merugikan satu sama lain dalam mencari keuntungan dari tanaman yang mereka tanam. Semoga keadaan seperti ini bisa menjadi contoh bagi kelompok-kelompok lain.
Bpk. Supriyadi (Kades Putatgede) mengatakan : "Untuk tahun ini memang menjadi ujian bagi kedua belah pihak dalam rangka mencari hasil keuntungan masing-masing". Beliau juga berharap untuk musim-musim mendatang untuk bisa akur dan seragam dalam bercocok tanam.


0 komentar:

Posting Komentar